SEJAK satu Juli lalu, pendengar 102,65 FM kehilangan sapaan akrabnya dengan sebutan “Para pendengar radio Madina”. Pasalnya, stasiun yang dikenal bernuansa Islami ini…. Sapaan untuk pemirsa pun berubah menjadi “Pendengar MD FM”.

Demikian salah satu bagian tulisan “Radio Madina: Mengemas Berita dalam Bungkus Hiburan” yang dimuat koran Galamedia (10 Juli 2000).

Menurut Drs. Astra Pradana, asisten manajer program, perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran komposisi dalam hak kepemilikan Radio Madina. Saham mayoritasnya tak lagi berada di tangan Radio Antassalam meskipun masih satu gedung dengan Radio Antassalam.

(Saat itu, Radio Antassalam beralamat di Jalan Purwakarta No. 200 Griya Antapani Kota Bandung).

Pada saat itu saya sempat mendengarkan program radio Elshinta Jakarta di sini. Acaranya “Obrolan Merdeka” yang dimoderatori Eki Syahrudin. Wah saat itu, pascareformasi, acara-acara obrolan politik ini memang menarik. Keran ketertutupan orde baru menjadi terbuka.

(Sekarang ini, Radio Elshinta Jakarta sudah mengudara di Bandung. Malah sudah Radio Elshinta Bandung).

Saat itu, program radio berita direncanakan hadir di radio ini: Deuech Nelle (Jerman), KBH68 Jakarta, dan sebagainya. Namun, saya tidak sempat mendengarkannya atau lupa. Soalnya Radio Madina atau Radio MD ini sudah berubah menjadi Radio MQ FM (di AM juga masih ada MQ AM atau Radio Ummat).