SEBENARNYA sudah sejak lama “GM” ingin mengulas tentang GMR (Generasi Muda Radio) Rock Station 104.4 FM. Namun, karena keterbatasan data dan sulitnya mencari narasumber (para mantan penyiar), membuat keinginan tersebut terus tertahan.

Beruntung “GM” menemukan sebuah data berharga yang ditulis uncluster.com tentang diskusi sejarah GMR Rock Station yang saat berjaya beralamat di Jln. Dr. Hatta No. 15, Bandung. Diskusi itu sendiri digelar pada Maret 2010 di Commonroom, Jln. Kyai Gede Utama No. 8, Bandung.

Cikal bakal GMR sudah ada sejak tahun 1969 yang didirikan oleh Erwin Sitompul (alm.). Pada tahun 1971 seiring dengan adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan radio swasta harus memiliki badan hukum, maka radio tersebut bernama PT Radio Generasi Muda dengan nama di udara young generation (YG), frekuensi 1368 Khz/AM.

Dalam perkembangannya, radio tersebut memiliki pendengar yang sangat banyak, terutama di kalangan anak muda, apalagi musik yang ditawarkan oleh radio tersebut yaitu pop dan rock. Untuk memenuhi koleksi perpustakaan lagu, sang pemilik radio banyak dibantu oleh salah satu personel The Rollies yaitu Iwan Rollies.

Selain berformat lagu-lagu untuk anak muda, pada perjalanannya Young Generation pun banyak mengenalkan musisi Kota Bandung, seperti The Rollies, Deddy Stanzah, Freedom Of Rhapsodia, Superkid, Giant Step, dan Shark Move. YG pun sering mengadakan event off air, salah satunya yang digelar di Gelora Saparua yaitu “Tembang Pribumi”.

Dalam event tersebut, artis yang berpartisipasi antara lain Cockpit, Vina Panduwinata, Utha Likumahua, dan Edi Endoh. Selain itu, ada event yang khusus meng-cover lagu-lagu The Rolling Stones dan Acid Speed Band dari Jakarta tampil sebagai line-up dan dihadiri oleh Stone Lovers (fansnya Rolling Stones bentukan YG).

Pada 20 tahun kemudian, tepatnya tahun 1990, frekuensi FM mulai merambah dunia radio di Bandung. Tetapi, syarat mutlak stasiun radio ingin berada dijalur FM harus memiliki format yang jelas dan harus berbeda dari radio yang ada.

Dengan segala usaha dan upaya yang dilakukan oleh Erwin Sitompul, bahkan harus menjual mobil BMW kesayangannya sehingga YG berpindah ke FM dengan frekuensi 104,4 Mhz dengan format rock station (blues, slow rock, classic rock, art/progressive rock, hard rock, heavy metal, speed metal, thrash metal, hingga death metal). Satu lagi aturan pemerintah yang harus dipatuhi yaitu nama radio harus berbahasa Indonesia. Maka, pada 1 Januari 1990 nama YG pun berganti menjadi GMR (Generasi Muda Radio).

Setelah berganti nama menjadi GMR, berbagai dinamika dialami radio ini. Puncak keemasan pun dialami radio dengan beberapa crew terkenalnya, seperti Bay Plano, Arin, Ridwan, Guntur, dll.

Pada 1997, kejadian tragis menimpa GMR ketika tower yang saat itu berfungsi sebagai pemancar roboh akibat hujan deras dan menimpa salah satu rumah yang ada di sekitar Jln. Cipaganti. Selama satu bulan GMR tidak mengudara karena perbaikan dan pergantian tower.

Setelah itu, dari tahun 1997 hingga 2000 format musik GMR berubah 70%, dari rock station ke classic rock. Lagu-lagu yang diputar dari era tahun 1960-an hingga 1980-an, sementara untuk konsep metal dan extreme metal ditiadakan karena permintaan dari manajemen yang saat itu beralih dari Ibu Ida Sitompul ke Gunung Sewu Group.

Tiga tahun berada di classic rock, tepat pada Juli 2000 format beralih kembali ke rock station, GMR kembali memutarkan metal dan extreme metal. Pada 11 September 2003 GMR harus berakhir karena Gunung Sewu Group memindahkan manajemennya ke Femina Group yang mengharuskan format beralih ke female station dan nama radio pun berubah menjadi U FM. (cucu sumiati/”GM”)**

Sumber: Galamedia, Sabtu, 23 Oktober 2010.